Kamis, 12 Mei 2011

Home » » Truk Lebihi Tonase Bikin Rusak Jalur Pantura

Truk Lebihi Tonase Bikin Rusak Jalur Pantura


Indramayu – Kerusakan ruas jalan di Jalur Pantura Indramayu, Jabar, semakin lama nampak kian parah. Tak sedikit pengendara, terutama yang naik kendaraan pribadi mengeluh. Mereka mengaku tidak nyaman atau bahkan keselamatannya terancam setelah melintas di jalan yang rusak.

Jalur Pantura dikenal sebagai ruas jalan nasional. Di wilayah Indramayu ruas jalan nasional ini panjangnya mencapai lebih dari 100 Km. Jalan itu merupakan urat nadi perekonomian nasional. Setiap saat truk-truk pengangkut barang berupa ternak, susu, beras, hasil pertanian, dan bahan bangunan seperti kayu, besi, genteng, semen, batu-bata, batu kali dan sebagainya melintasi jalan itu.

Lebih parah lagi, jalan nasional itu setiap hari dilalui truk-truk yang bermuatan barang yang melebihi tonase atau kapasitas angkutan. Bayangkan, satu unit truk tronton muatan pasir sekali lewat beratnya mencapai lebih 55 ton.

“Kalau tronton pasir itu lewat tandanya lantai dan dinding rumah bergetar. Itu pertanda muatan kendaraan sangat berat,” katanya Sumadi, 58 salah seorang warga Kecamatan Sukra yang rumahnya persis di bangun di pinggir jalan.

Setiap kali truk tronton pasir lewat membuat tidak nyaman penghuni rumah yang kebetulan berada di tepi Jalur Pantura. “Apa boleh buat, kami hanya bisa pasrah. Padahal setiap saat lantai dan dinding rumah itu bergetar saat dilalui truk bermuatan berat. Ketidaknyamanan itu dirasakan bertahun-tahun,” kata Waslim, 49 warga Kecamatan Kertasemaya.

Banyak truk yang melinats di Jalur Pantura yang membawa muatan barang melebihi tonase. Salah satu contohnya truk colt diesel. Dalam bak truk tertera kapasitas muatan maksimal 8 ton, tetapi oleh sopir atau kenek dipaksa membawa muatan hingga 10 ton bahkan 12 ton.

Tak hanya awak truk yang curang mengangkut muatan barang melebihi tonase, pengusaha angkutan pun nampaknya sulit melarang sopir atau kenek yang menumpuk muatan hingga melebihi tonase.

Alasan sopir mengangkut muatan melebihi tonase itu konon katanya karena sopir membutuhkan biaya pengeluaran yang cukup besar selama di perjalanan. Jika muatan truk itu standar, alias pas bak, kata Waryo, 32 sopir truk colt diesel pengangkut beras ke Pasar Induk Cipinang, maka tidak ada uang lebih untuk menutupi biaya perjalanan sopir. Disisi lain ongkos injak gas atau uang jalan yang diberikan majikan jumlahnya cekak atau kurang mencukupi.

Muatan kendaraan yang melebihi tonase sudah menjadi budaya yang seakan sulit diatasi. Seharusnya aparat pengawas seperti petugas maupun pengelola Jembatan Timbang (JT) bertindak tegas. Karena JT itu tugasnya mengendalikan muatan kendaraan yang melebihi tonase. Kenyataannya banyak truk-truk dengan muatan yang melebihi tonase lolos hingga melenggang sampai tujuan.

Cepat atau lambat dampak kelebihan muatan truk itu menambah beban atau daya dukung jalan. Sehingga ujung-ujungnya, di beberapa titik, ruas jalan di Jalur Pantura itu rusak. Bukan sekedar permukaannya berlubang dan retak. Namun juga ada yang amblas. Bahkan yang lebih parah, permukaan jalan itu bergelombang.

Perbaikan jalan yang berlubang atau retak ongkosnya lebih murah ketimbang memperbaiki jalan yang bergelombang. Dengan tenaga manusia dan dibantu peralatan, jalan berlubang bisa rata kembali.
Begitupun jalan yang retak, terutama yang menimpa badan jalan konstruksi beton, bisa diatasi dengan mengebor permukaan beton dan memasukan cairan semen. Supaya patahan beton tidak menjalar atau bergeser kemana-mana.

Yang agak sulit memperbaiki ruas jalan bergelombang. Untuk memperbaikinya diperlukan biaya besar. Karena seluruh permukaan jalan yang bergelombang itu harus dikeruk atau digali secara total. Pengerukan permukaan jalan berkedalaman 20 cm hingga 30 cm. Tergantung ketebalan yang dikehendaki.
Kerukan jalan diurug kembali dengan aspal hotmix. Setelah itu permukaan jalan dipadatkan menggunakan stoom wals atau mesin penggilas jalan.

Persoalannya, memperbaiki seluruh jalan yang rusak memerlukan biaya besar. Dengan keterbatasan anggaran, perbaikan jalan dilakukan bertahap. Mengingat anggaran terbatas perbaikan jalan mendahulukan yang berlubang atau jalan beton yang patah dahulu.

Besok-besok jika masih ada sisananggaran barulah memperbaiki kerusakan jalan yang bergelombang. “Melintas pada jalan yang bergelombang itu membahayakan keselamatan pemakai jalan. Dari jauh jalan itu tampak rata. Saat dilewati mobil tiba-tiba terguncang seperti melintas diatas kebun singkong.

Jalan yang bergelombang berdasarkan pemantauan Pos Kota terdapat di beberapa titik seperti di Jalur Pantura Desa Puntang, Krimun, Santing, Karanganyar Eretan Wetan, Eretan Kulon, Bugel, Sukahaji, Patrol, Sumuradem.[pkt/adm]

Silahkan Bagikan Artikel Ini :

Posting Komentar