Indramayu – Puluhan petani tergabung dalam SHI (Sarekat Hijau Indonesia) Indramayu, Jawa Barat Selasa (5/4) pagi berunjuk rasa di gedung DPRD Indramayu dan Dinas Pertanian dan Peternakan setempat.
Massa menuntut legislatif dan aparat terkait memberangus mafia air yang dilakukan preman-preman dan dibekingi oknum-oknum tertentu. Mafia air itu memeras petani yang memerlukan air irigasi tetapi dengan mengorbankan kepentingan petani yang lain.
“Petani kalau ingin sawahnya kebagian air irigasi harus membayar sejumlah uang ke preman. Petani yang tidak punya uang, tanaman padi di sawah mati kekeringan kekurangan air,” ujarnya.
Mereka juga minta kinerja PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) di desa-desa agar dibenahi. Banyak petugas PPL yang kerjanya hanya jadi calo penjualan pestisida, insektisida atau racun serangga lain, tanpa mau berpihak kepada para petani.
Pengunjuk rasa berharap Pemkab Indramayu berperan membeli gabah pada saat musim panen yang harganya jatuh, sehingga merugikan petani. “Harga racun serangga dan pupuk terus naik sementara harga gabah murah,” ujarnya.
Aris Solichin anggota Komisi D DPRD Indramayu menyambut baik aspirasi para petani. Oleh karena itu DPRD Indramayu akan menindak lanjuti mengundang instansi terkait dalam rapat kerja dengan komisi-komisi.
H. Api Arpandi, wakil Ketua Komisi B menerangkan, masalah beras impor merupakan kebijakan pusat. Tentang preman yang menguasai air irigasi sehingga merugikan petani, kata H. Api Arpadi akan ditindaklanjuti melalui rapat kerja dengan semua instansi terkait.[pkt/adm]
Posting Komentar