Jumat, 15 April 2011

Home » » Sekretaris: Pesantren Al Zaytun Pusat Pendidikan, Bukan NII

Sekretaris: Pesantren Al Zaytun Pusat Pendidikan, Bukan NII


Indramayu - Pesantren Al Zaytun di Indramayu, Jabar, selalu dihubungkan dengan Negara Islam Indonesia (NII). Namun pihak pesantren menegaskan, Al Zaytun hanyalah pusat pendidikan dan tidak ada kaitan dengan NII.

"Al Zaytun ini pusat pendidikan, pengembangan budaya toleransi, bukan yang lainnya. Dan Al Zaytun ini berdiri di atas legal formal di bawah Yayasan Pesantren Indonesia," kata Sekretaris Pesantren Al Zaytun, Abdul Halim, kepada detikcom, Kamis (14/4/2011).

Siswa pesantren yang menanyakan isu keterkaitan Al Zaytun dengan NII secara langsung, kata Halim, tidak ada. Dia mengindikasikan, isu-isu justru merebak di luar pesantren itu. Anak didik di pesantren itu pun memahami Al Zaytun sebagai pusat pendidikan dan untuk mengembangkan budaya toleransi dan perdamaian.

Abdul menjelaskan, Pesantren Al Zaytun menggunakan sistem pendidikan nasional. Tidak ada eksklusifisme dalam sistem pendidikannya.

Ketika disinggung soal penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 2002 yang melansir pimpinan Al Zaytun, Panji Gumilang, merupakan pimpinan NII, Abdul mengaku tidak mendapat laporannya. Yang dia tahu, penelitian dilakukan oleh Kementerian Agama dan bukan MUI.

"Kami tidak paham kalau dikaitkan NII karena Al Zaytun ini pusat pendidikan," ujarnya.

Apakah Panji Gumilang pernah menyatakan dia bukan pimpinan NII? "Tak ada pernyataan. Kami ini pendidikan penuh. Beliau belum pernah ada pernyataan seperti itu. Beliau sibuk mengurus pendidikan, dia guru yang mengajar," ucap Abdul.

Isu keterkaitan Pesantren Al Zaytun dengan NII menurut Abdul tidak mempengaruhi jumlah murid. Saat ini tercatat ada 7.400 siswa yang belajar di sana. Soal dana, Al Zaytun mendapatkan dari dana pendidikan pelajar dan dari Yayasan Pesantren Indonesia.

"Dari usaha yang diizinkan seperti melalui perdagangan, peternakan, pertanian. Kami punya lahan di sini dan kami kelola untuk pesantren. Silakan datang dan menginap di sini, lihat sendiri pesantren kami seperti apa," undang Abdul.

NII belakangan menjadi perbincangan setelah Laila Febriani alias Lian yang merupakan CPNS di Bagian Tata Usaha, Direktorat Bandar Udara, Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan yang hilang pada Kamis (7/4) lalu hilang secara misterius.

Namun sejumlah pengamat menilai NII yang ada sekarang adalah 'NII gadungan' sebab NII asli telah tamat.

Mustofa B Nahrawardaya, Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), misalnya, menyebut  NII yang sekarang, termasuk NII KW 9, merupakan NII palsu yang disusupi intelijen.

"Semenjak pergantian imam dari Kartosoewirjo kepada para penggantinya sebelum terbentuk Komandemen Wilayah IX (atau lebih dikenal NII KW9), NII sudah tidak lagi murni gerakan NII. Gerakan pembentukan negara di bawah bendera agama Islam itu, sudah disusupi (diinfiltrasi) oleh intelijen. Alhasil, NII bentukan intelijen ini sungguh jauh benar karakternya dengan NII yang semua dirintis Kartosoewirjo, Daud Beureuh," kata Mustofa.[det/adm]
Silahkan Bagikan Artikel Ini :

Posting Komentar