Indramayu - Fraksi PKS DPRD Bengkalis, Riau, mempertanyakan proyek Ponpes Al Zaytun senilai Rp 103 miliar di Bengkalis yang mangkrak setelah menghisap uang APBD. Seorang mantan bendahara NII KW 9 juga mengakui, para anggota mereka juga sempat dikerahkan untuk proyek Al Zaytun Bengkalis itu.
Mantan Bendahara Desa NII KW 9 berinisial B, dalam perbincangan dengan detikcom, Kamis (5/4/2011) mengatakan anggota NII KW 9 pernah dikerahkan untuk mewujudkan Al Zaytun kedua di Bengkalis. Rencananya, Al Zaytun Bengkalis itu akan menjadi sentra kegiatan NII KW 9 di Indonesia, selain di Indramayu.
"Tujuannya masjid itu akan dijadikan sentra kedua anggota. Sama persis konsep dan fungsinya seperti Ponpes Al Zaytun milik Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) yang dipimpin Panji Gumilang di Indramayu, Jabar," jelas B kepada detikcom.
B yang aktif di NII KW 9 tahun 2002-2005 itu membenarkan dana setoran wajib Rp 250 ribu perhari sebagian dipakai untuk membangun Al Zaytun Bengkalis, Riau.
"Konsep dan masterplannya sudah dimulai dan dibangun pada tahun 2003. Saat itu saya menjadi bendahara desa NII di Depok, Jabar. Konsep pesantrennya sama dengan Al Zaytun, berbasis pertanian," tegas B yang mengaku pernah digerebek polisi saat menggelar pengajian di Depok itu.
B yang aktif di NII KW 9 saat menjadi mahasiswa Bina Sarana Informatika (BSI) Ciputat, Tangerang itu, menjelaskan Lurah NII KW 9 yang punya 50-100 anggota, menyetorkan Rp 100 ribu perorang untuk Al Zaytun. Sisanya untuk dinikmati Camat dan Bupati NII KW 9, termasuk untuk operasional mereka.
"Kalau daerah lain yang lebih sedikit anggotanya, menyesuaikan. Ada yang Rp 50.000-60.000 perharinya untuk disetor ke Al Zaytun," rinci B.
Dia menegaskan, penyetoran uang dilakukan tanda tanda terima. Hanya sebuah buku catatan kecil yang dipegang dia, dan buku itu pun kini sudah hilang. Namun mereka tetap rajin menyetor untuk proyek Al Zaytun Bengkalis karena disebutkan Pemkab Bengkalis sudah mendukung proyek itu.
"Mulai dari izinnya dan keberadaan masjid sangat didukung oleh pemerintah di sana (Bengkalis)," ujarnya.
B mengaku sudah dua kali ke Al Zaytun dan bertemu langsung dengan pemimpin NII KW 9 yang diakuinya adalah Panji Gumilang. Dia akhirnya keluar dari NII KW 9 karena tidak bisa mengejar tuntutan setoran untuk Al Zaytun.
"Awalnya saya yakin NII organisasi agama yang baik. Ternyata lama-lama hanya memikirkan setoran amaliyah anggota Rp 250 ribu perhari untuk membangun Masjid Rahmatan Lil Alamin. Tapi ibadah seperti salat, zakat dan puasa sering ditinggalkan bahkan dilakukan tidak sesuai syariat ajaran Islam sesungguhnya," bebernya.
B kini hidup sembunyi-sembunyi dari kejaran anggota NII KW 9. Anggota yang lain menghalalkan B untuk dibunuh. Dari kawasan Jabotabek, dia pun kini pindah ke kota kecil di Jawa Tengah.[det/adm]
Posting Komentar