Indramayu – Massa yang targabung KAMMI (Kesatuan Mahasiswa Muslim Indonesia), Kamis (23/6) berjunjuk rasa di gedung DPRD dan Dinsosnakertrans Kabupaten Indramayu menuntut pemerintah menghentikan pengiriman tenaga kerja nonformal ke Arab Saudi.
Aksi unjuk rasa itu merupakan bentuk keprihatinan dari komponen masyarakat terhadap nasib Ruyati, TKW asal Bekasi yang kepalanya dipancung lantaran tuduhan membunuh majikan yang akan menganiayanya.
“Kami tak sekedar menutut pemerintah menghentikan pengiriman tenaga kerja nonformal khususnya TKW yang paling banyak bermasalah, tapi juga meminta perbaikan manajemen perekrutan, penempatan dan perlindungan terhadap buruh migran,” ujar pengunjuk rasa.
Ruyati Binti Satubi kata pendemo adalah salah seorang TKW yang jadi korban pancung. Kematiannya menjadi perhatian kita semua untuk turut berempati atas nasib buruh migran yang selama ini jadi tulang punggung keluarganya, kata Suriah Junensa, koordinator aksi unjuk rasa.
Dikatakan, almarhumah dipancung atas kesalahannya membunuh majikan yang menyiksanya. Mirisnya vonis itu baru diketahui pemerintah setelah kepala Ruyati sudah terpisah dari badannya.
“Dimana kerjanya pemerintah. Ruyati adalah korban pahlawan devisa. Jangan abaikan nasib mereka, ” pinta Suriah.
Dikatakan, menurut data dari Migrant Care, sekarang ini terdapat 300 lebih buruh migran yang akan mengalami nasib sama seperti Ruyati. Belum lagi, nasib yang hampir sama juga menimpa Darsem, TKW asal Subang yang harus membayar Diyat sebesar Rp4,7 miliar.
Ironisnya nasib buruh migran kebanyakan menerpa kaum perempuan. Mereka mengalami penyiksaan, pelecehan seksual serta mendapat perlakuan yang tidak manusiawi.
“Kami memohon pihak terkait segera memperbaiki manajemen perekrutan, penempatan dan perlindungan buruh migran. Kalau bisa hentikan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri di sektor non formal. Dan pemerintah harus membuka lapangan kerja seluas-luasnya di tanah air,” tegasnya.[pkt/adm]
Posting Komentar