Indramayu - Hadapi musim kemarau tiba, sejumlah petani di Indramayu, Jawa Barat, yang menanam padi mulai cemas mencari air untuk menyelamatkan tanam padi mereka dari ancaman kekeringan.
Air irigasi yang biasanya mengairi sawah-sawah petani sejak sepekan ini terhenti. Hal itu disebabkan karena debit air pada sejumlah sungai di Indramayu memasuki musim kemarau tahun ini terus menerus menyusut.
Bahkan, Sungai Cipanas yang pada saat musim penghujan airnya meluap hingga membanjiri ratusan hektar sawah petani di 5 desa Kecamatan Losarang dan 2 desa Kecamatan Kandanghaur, kini terlihat kering.
lokasi Bendung Sumur Watu di tepi kawasan hutan yang mengairi sawah seluas 2.700 HA (hektar) di empat kcamatan; Cikedung, Terisi, Losarang dan Kandanghaur debit airnya saat ini menyusut. Padahal bendung itu semula mampu menampung jutaan meter kubik air yang mengalir dari hulu Sungai Cipanas di Kabupaten Sumedang.
Sisa air pada Bendung Sumur Watu oleh petugas penjaga bendung terpaksa dialirkan ke sawah petani melalui saluran pembagi (intake) SW (Sumur Watu) 2. Itupun debitnya tidak maksimal. Hanya cukup mengairi sawah yang luasnya beberapa ratus hektar saja.
"Air yang tersisa saat ini hanya mampu mengairi beberapa ratus hektar sawah petani di sebagian kecil desa di Kecamatan Terisi," kata Usman, 48 warga Kecamatan Terisi.
Udin, 43 petugas penjaga Bendung Sumur Watu, Minggu (12/6) mengemukakan, musim kemarau debit air dari hulu sungai di Kabupaten Sumedang terhenti sehingga Bendung Sumur Watu di Kecamatan Terisi itu saat ini kondisinya tengah istirahat total.
Kesempatan itu dimanfaatkan karyawan untuk memelihara beberapa peralatan Bendung Sumur Watu. Misalnya membersihkan material pada sejumlah pintu air dan melumurinya dengan oli supaya tidak berkarat.
"Kalau musim kemarau Bandung Sumur Watu tidak bisa mengalirkan air. Daripada menganggur, kegiatan kami isi dengan memelihara peralatan pintu-pintu air," ujarnya.[cuplik/adm]
Posting Komentar