Rabu, 17 Agustus 2011

Home » » Petani Memohon Impor Garam Dihentikan

Petani Memohon Impor Garam Dihentikan


Indramayu – Petani garam di Indramayu, Jawa Barat minta pemerintah meninjau ulang waktu import garam yang sekarang ini waktunya bersamaan dengan panen garam petani di Indramayu. Petani khawatir impor garam tersebut semakin melemahkan posisi tawar garam produksi dalam negeri (petani Indramayu).

Beberapa petani garam di Kecamatan Losarang mengemukakan, harga garam saat panen sekarang ini hanya dihargai tengkulak kecil Rp400/Kg – Rp450/Kg. Harga itu lebih kecil, dibanding saat mulai panen garam yang harganya sempat mencapai Rp900/Kg.

Kadi, 38 seorang petani garam di Kecamatan Losarang mengemukakan, petani sebetulnya tidak mempermasalahkan impor garam. Sepanjang waktunya tepat. Yaitu 1 bulan sebelum panen garam dan 2 bulan sesudah panen garam. Import garam jangan dilakukan berbarengan dengan masa panen. Sebab dampaknya merendahkan posisi tawar garam petani.

Ia menuturkan harga garam import eks India mencapai Rp550/Kg. Padahal, katanya kualitas garam itu sama dengan kualitas garam yang diproduksi petani Indramayu yaitu kualitas 2. Tetapi yang menjadi masalah, harga garam lokal lebih murah ketimbang garam import.

Petani bingung, kenapa impor garam itu membanjiri pasaran pada saat petani garam di Indramayu sedang panen garam. Di pasaran saat ini sedang banjir garam. Dengan banjir garam itu dikhawatirkan menyumbat masuknya garam Indramayu ke gudang-gudang garam milik para tengkulak.

Dikatakan, sekarang ini saja sudah banyak industri makanan dan non makanan menolak membeli garam produksi petani Indramayu, dengan alasan gudang-gudang mereka sudah penuh diisi garam. Jika kondisi ini berlanjut posisi tawar garam produksi petani Indramayu akan jatuh lebih rendah lagi. Sehingga secara ekonomi merugikan para petani.

Kabid Industri pada Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Industri dan Perdagangan Indramayu Yayat Supriatna ditemui Selasa (16/8) mengakui, sekarang ini garam import eks India sudah menumpuk di Pelabuhan Ciwandan Provinsi Banten dan garam itu siap dipasarkan.

Kehadiran garam import itu bagi petani garam Indramayu jadi tantangan. Apalagi katanya mata rantai penjualan garam di Indramayu terlalu panjang sehingga perlu disederhanakan melalui pendirian koperasi.
Tengkulak kecil yang berhubungan langsung dengan petani garam sulit mematuhi harga dasar garam yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp550/Kg.[pkt/adm]
Silahkan Bagikan Artikel Ini :

Posting Komentar