Indramayu – Musibah gempa dan tsunami di Jepang, turut membuat warga du Kecamatan Anjatan dilanda kekawatiran. Pasalnya, ada puluhan warga setempat yang bermukim di negeri sakura itu. Entah sebagai TKI maupun memang sudah menjadi penduduk Jepang karena ikatan perkawinan.
Seperti yang dialami Suryadi (43) dan Titin (41). Pasangan suami istri warga Desa Karangmalang Rt 02 Rw 03 Kecamatan Anjatan ini, mengaku khawatir serta was-was terhadap nasib anaknya Usniawati alias Uus (26) pasca bencana gempa 8,9 skala richter dan tsunami, jum’at (11/3).
Uus bersetatus sebagai warga negara Jeoang karena menikah dengan penduduk setempat bernama suzuki Terwo sejak tahun 2005. Uus dan suaminya, tinggal di kota Baraki Kenisioka, sekitar 4 jam perjalanan naik kereta cepat dari dari pusat gempa, yakni kota Iwase dan Miyagi. Ditempat itu, uus bekerja sebagai pengelola supermarket dan suaminya menjadi petani.
“walaupun lokasinya jauh dari pusat gempa, kami sekeluarga tetep cemas kondisi Uus. Sebab, dari kabar di media, hampir semua wilayah di Jepang kena dan masih sering terjadi gempa susulan,” ucap Supriyadi minggu (13/3) di kediamannya.
Bapak 5 orang anak yang akrab disapa Yadi ini mengaku, sudah putus kontak dengan putrinya sejak gempa terjadi. Nomor telepon Hp dan rumah anaknya di Jepang sulit dihubungi. Biasanya sekali dalam seminggu, Uus mengabari kondisinya baik lewat telepon maupun SMS.
Cemas dengan keberadaan anaknya, Yadi lantas menghubungi teman-teman Uus yang sudah balik kampung untuk mengorek keterangan. “kata temanya, tempat Uus aman dari lokasi bencana. Tp kalo sulit dihubungi seperti ini, kami benar-benar tidak bisa tidur,” katanya.
Yadi ia mengaku binggung harus minta tolong kesiapa, yang dapat dilakukan, hanya menonton TV atau membaca koran tentang bencana di negeri Samurai itu.[cuplik/adm].
Posting Komentar