Empat orang wanita asal Indramayu (maaf bukan Sukabumi) Kabupaten Jawa Barat yang disinyalir menjadi korban trafficking atau perdagangan manusia, tidak menyangka kalau pekerjaan yang dijanjikan tidak sesuai. Bagaimana awal mula sehingga keempat wanita tersebut bisa sampai ke Kota Jayapura ? Berikut laporannya
Laporan: Roy Purba-Jayapura
Setelah penanganan kasus dugaan trafficking yang menimpa empat orang wanita masing-masing berinisial AA (24) seorang Ibu Rumah Tangga (IRT), UD yang juga seorang IRT, Ki (26) seorang IRT serta NK (19) dilimpahkan ke Polres Jayapura Kota, Sabtu (18/6), keempat korban juga langsung diamankan di Mapolres Jayapura Kota.
Mapolres Jayapura Kota, Senin (20/6). Keempat korban masih berada di salah satu ruangan di Satuan Reskrim (Satreskrim) Polres Jayapura Kota. Keempat korban terlihat menangis dan mengeluh minta dipulangkan ke kampung halamannya. Informasi yang diperoleh, rencananya keempat korban akan dipulangkan ke daerah asalnya, Senin (20/6). Namun karena polisi masih melakukan pemeriksaan terhadap keempat saksi korban, maka rencana kepulangan keempat korban ditunda.
Salah seorang korban berinisial AA (24) yang sempat mengaku telah ditipu. Pasalnya saat tiba di Kota Jayapura, pekerjaan yang dijanjikan saat ia masih di kampung halaman ternyata tidak sesuai. Korban mengaku sempat tergiur dengan penawaran pekerjaan di Kota Jayapura dengan gaji yang lumayan besar.
“Saat itu pekerjaan yang ditawarkan kepada kami yaitu bekerja di cafe dan restoran yang menjual makanan dan minuman di Kota Jayapura dengan gaji Rp 3 Juta perbulan. Bahkan kami dijanjikan bahwa cafe dan restoran tersebut merupakan tempat para pejabat makan,” ungkapnya.
Lantaran tawaran yang diberikan cukup menjanjikan, AA dan rekannya UD lebih dahulu berangkat bersama seorang pelaku berinisial AI yang bekerja di salah satu bar di kawasan Entrop, Distrik Jayapura Selatan. “Jadi kami tidak mengeluarkan uang sepeserpun untuk administrasi dan tiket,” terangnya.
Namun AA mengaku sangat kaget saat tiba di Kota Jayapura. Pasalnya bekerjaan yang dijanjikan tidak sesuai dimana ia disuruh bekerja di sebuah bar. “Saat di bandara saya dijemput dan langsung dibawa ke sebuah mes. Tanpa kami ketahui ternyata mess itu karyawan yang bekerja sebagai pramuria bar,” ungkap ibu satu anak ini sambil berlinang air mata.
“Keesokan harinya, saya sudah diajak untuk bekerja dengan memakai pakaian seksi, serta melayani tamu yang parahnya meminum minuman keras. Kenapa saat pertama tidak diberitahu kalau pekerjaannya seperti ini, memakai baju ketat, minum minuman keras serta melayani tamu. Kalau tahu akan bekerja seperti ini, tidak mungkin saya mau bekerja atau ke Papua,” sambungnya.
AA mengaku sempat berniat pulang, namun saat itu ia ditekan untuk mengembalikan uang transportasi yang telah dikeluarkan untuk mendatangkan dirinya ke Papua. Lantaran tidak mempunyai uang, korban mengaku sempat menurut untuk bekerja serta meminum minuman keras. Akibatnya, korban mengaku sempat beberapa kali masuk rumah sakit. “Bagaimana saya tidak masuk rumah sakit, saya ini cuma orang kampung yang tidak pernah meminum minuman keras,” akunya.
Setelah dua hari bekerja, dua orang rekannya yaitu Ki dan NK menyusul. Dimana salahs eorang diantaranya merupakan anak kepala desa di tempat mereka tinggal. “Saat bertemu dengan mereka berdua, saya dan teman saya yang duluan datang mengatakan bahwa bekerja di sini tidak baik. Jadi jangan mau menandatangani kontrak kerja,” tuturnya.
Keempat korban kemudian merencankan untuk melarikan diri dari bar tempat mereka di Entrop. AA mengaku dia dan 3 orang rekannya kabur dari mess dengan berjalan kaki menuju Mapolsek Jayapura Selatan untuk melaporkan kasus yang mereka alami.
Meskipun demikian AA mengaku tidak menyalahkan pihak perusahaan atau bar yang menampung mereka bekerja tetapi menyalahkan orang yang membawa mereka. “Saya ulangi bahwa pelaku saat itu mengimingi-imingi bekerja di sebuah cafe dan restoran keluarga yang pengunjungnya juga adalah pejabat jika di hari libur datang,” sesalnya.
Korban mengaku sangat ini diliputi perasaan takut, pasalnya dia sempat mendapat ancaman melalui sms yang isinya bahwa mereka tidak akan selamat apabila pulang. “Jadi dalam sms tersebut ditulisa bahwa pelaku sudah menyuruh orang-orang untuk memantau kami di bandara dan pelabuhan,” akunya
Terkait kasus yang menimpanya bersama 3 orang rekannya, AA berharap dapat segera selesai sehingga ia bersama ketiga rekannya dapat segera dipulangkan ke kampung halamannya agar bisa berkumpul kembali bersama keluarganya.[Cenderawasih Pos / adm]
Posting Komentar