Indramayu – Tengkulak gabah dari Karawang memborong gabah petani Indramayu, Jawa Barat melalui pembelian gabah secara tebasan, yaitu membeli gabah borongan saat masih belum dipanen.
Harga gabah tebasan setiap hektar (HA) nya berbeda. Hal itu tergantung dari kondisi tanaman padi serta varietas atau jenis padi yang ditanam. Secara umum, harga gabah tebasan mencapai Rp15 juta – Rp18 juta/HA.
Pembelian gabah dengan cara tebasan yang dilakukan tengkulak Karawang itu bagi petani Indramayu merupakan cara baru. Biasanya petani Indramayu menjual gabah secara kiloan atau ton-tonan, tentunya setelah gabah itu selesai dipanen kemudian dijemur, dibersihkan, dimasukkan ke dalam karung dan ditimbang.
Kadma, 58 petani Kecamatan Haurgeulis, Indramayu, Jabar, Rabu (3/8) menerangkan, pembelian gabah secara tebasan itu sebetulnya merugikan petani karena mereka tidak dapat mengira-ngira jumlah gabah yang akan dijual ke tengkulak.
Pembelian gabah secara tebasan juga merugikan buruh penderep padi. Soalnya para tengkulak dari Karawang yang membeli gabah tebasan itru banyak yang membawa truk dan buruh penderep sendiri.
Dirman, 50 mengatakan, pembelian gabah secara tebasan sering mengundang masalah. Keributan acap kali muncul karena tengkulak yang membeli gabah secara tebasan tak memberi kesempatan para buruh penderep setempat bekerja sebagai tenaga buruh penderep padi.
Kepala Bidang Perdagangan pada Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kab.Indramayu Dra. Junahwati, Rabu (3/8) mengaku prihatin karena pembelian gabah secara tebasan itu dampaknya para buruh penderep padi dari desa setempat kehilangan pendapatan. “Kasihan buruh taninya, mereka kehilangan pendapatan padi dari pekerjaannya sebagai buruh penderep padi,” ujarnya.[pkt/adm]
Posting Komentar